Selasa, 13 September 2011

KONDISI BURN OUT DALAM PEKERJAAN

 
Pernahkan anda merasakan kondisi dimana anda merasa kehilangan energi psikis maupun fisik ketika bekerja? Atau suatu keadaan dimana stress (tekanan) yang konstan membuat anda merasa kecewa, tidak berdaya dan benar-benar merasa lemas. Apabila ia, kemungkinan anda terkena sindrom "burn out".

"Burnout" adalah suatu keadaan lelah emosi, psikologis, dan fisik yang diakibatkan oleh  stress yang berlebihan dan berlangsung lama.Hal ini muncul ketika kita merasa  kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan yang ada secara terus menerus. Selama stress berlanjut, kita mulai kehilangan minat dan motivasi pada pekerjaan.

Maslach dan Jackson mendefinisikan burnout sebagai kehilangan secara bertahap kepedulian dengan rekan kerja yang akan membawa seseorang kepada keadaan mengisolasi diri atau  kebencian dan keterasingan.

Burnout merupakan suatu proses bukan hanya sekedar kondisi kejiwaan semata, dan bersifat progresif, dengan kata lain ia terakumulasi dalam diri.  Hal ini tidak berdampak serius apabila tidak terakumulasi.

"Burnout" diakibatkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan kerja, seperti misalnya beban kerja yang terlalu berat, kurang jelasnya hak dan tanggung jawab kerja, konflik peran, ataupun kurangnya "reward" yang diperoleh. Harap dipahami "reward" yang dimaksud tidak selalu identik dengan materi, namun juga berupa dukungan psikologis. Terlupakah anda memberikan pujian kepada bawahan atas jerih payah yang dilakukan untuk mengerjakan suatu proyek, atau bawahan anda yang bersedia untuk lembur walaupun menyita waktunya bersama keluarga? Pada dasarnya "burnout" dapat terjadi pada seseorang yang merasa terlalu banyak perkerjaan dan tidak dihargai.

Kondisi ini (burnout) akan mengurangi produktivitas dan menguras energi anda/pegawai anda. Membuatnya merasa terus-menerus merasa tidak berdaya, tidak memiliki harapan, sinis, dan marah. Pada akhirnya ia akan merasa tidak ada lagi yang dapat dilakukan.

Idealnya, lembaga tempat kerja bisa mengembangkan mekanisme untuk mencegah atau meminimalkan burnout, dan pemimpin memahami peran yang secara ideal dijalankannya untuk membawa energi positif dan kesolidan kerja dalam timnya.Namun pada kenyataannya, situasi seperti ini jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Simptom Burnout
Tanda-tanda secara fisik:

  • Sering merasa lelah dan kekurangan energi
  • Daya tahan menurun, sering merasa sakit
  •  Sering sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot
  • Perubahan pola makan dan tidur
Tanda-tanda/gejala secara emosi:
  • Merasa gagal dan tidak percaya diri
  • Merasa tidak berdaya, lemah, dan terperangkap
  • Merasa tidak memiliki komitmen terhadap perusahaa
  • Tidak memiliki ikatan secara emosi dengan rekan, merasa terisolir
  • Kehilangan motivasi untuk bekerja
  • Memiliki pandangan yang sinis dan negatif dengan rekan/tempat kerja
  • Kepuasan kerja dan merasa prestasi/kemampuan menurun
 Tanda-tanda tingkah laku:
  • Meninggalkan/menarik diri dari tanggung jawab
  • Menarik diri dari orang lain
  • Suka menunda, menyelesaikan pekerjaan lebih lama dari biasa
  • Mencari pelampiasan pada makanan, minuman beralkohol, atau obat-obatan
  • Melampiaskan rasa frustrasi kepada orang lain
  • Bolos, atau telat datang dan pulang lebih awal

Hal-hal yang harus direnungkan oleh pemimpin  untuk menghindari hal ini adalah: Apakah peran dan fungsi kerja cukup jelas? Apakah waktu kerja masuk akal? Apakah opini pekerja diperhatikan?  Apakah ada dukungan sosial/psikologis (konseling, co-worker support)? Apakah komunikasi berjalan dengan efektif? Apakah pihak manajemen menjalankan tugasnya dengan baik? Apakah pegawai memiliki kontrol terhadap pekerjaannya? Apakah gaji sesuai? Apabila jawaban dari semua jawaban adalah tidak, anda dapat menilai sendiri tempat kerja seperti apakah itu.....

Cara Penanggulangan
Seperti kata pepatah "lebih mencegah daripada mengobati" begitu pula halnya dengan kondisi ini.
Sucath Davis menyatakan perlunya melatih teknik kontrol diri, manajemen waktu, dan pengembangan hubungan sosial sebagai upaya untuk terus termotivasi dan menyadari pentingnya pekerjaan dan kehidupan pribadi sehingga terhindar dari burnout syndrome.

Cara yang paling efektif mengatasi burnout adalah dengan dengan pindah pekerjaan atau pindah tempat kerja. Namun apabila hal tersebut terasa sulit dilakukan, Smith et. al. memiliki tips yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi yang ada:
  • Secara aktif mencari pemecahan masalah.  Apabila anda tidak memiliki otoritas atau seumber daya untuk menyelesaikan masalah, bicaralah dengan atasan anda.
  • Perjelas job description. Tanyakan kembali pada atasan anda untuk tanggung jawab dan deskripsi  tugas anda. Perjelaslah hal-hal yang atasan anda harapkan untuk dilakukan yang bukan merupakan tugas anda serta komunikasikan bahwa beban pekerjaan anda telah melampaui batas dan di luar dari tugas anda.
  • Mintalah tugas baru. Apabila anda telah melakukan perkerjaan yang sama selama waktu yang lama, mintalah untuk sesuatu yang baru. mesin yang baru, wilayah penjualan yang baru, level kerja yang baru, dan lain-lain.
  • Pergilah Berlibur. Jika kondisi burnout tidak dapat dihindarkan, ambillah libur/cuti dari perusahaan. Dengan pergi berlibur, atau sesuatu yang dapat menghilangkan situasi tersebut. Gunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya untuk men"charge" diri anda dan menyusun perspektif yang positif.
Source:
- http://opinionsur.org.ar/joven/Coping-with-Burnout-Syndrome
- http://www.helpguide.org/mental/burnout_signs_symptoms.htm
- http://www.ehow.com/how_4523349_identify-worker-burnout.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger