Kamis, 22 September 2011

Pembelajaran melalui media televisi

Seiring dengan makin majunya teknologi informasi dan komputer, semakin mudah pula seseorang untuk mendapatkan informasi. Kita semakin dimanjakan dengan akses informasi gratis, terutama melalui media televisi. Dahulu televisi merupakan barang mewah yang hanya dimiliki oleh sebagian orang saja, namun sekarang benda tersebut hampir pasti kita jumpai di setiap rumah.
Tayangannya pun semakin beragam, dari mulai berita, gosip, pengetahuan populer, film, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat kita nikmati dengan gratis.
Sebagai seorang manusia, kita adalah mahluk yang berpikir.
kita dianugerahi dengan nalar yang membedakan kita dengan mahluk lain. Dengan nalar kita dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk, mana tontonan yang positif atau negatif. Namun, sebagai manusia, kitapun diberikan nafsu, atau menurut istilah Freud, disebut dengan "id". nafsu ini akan dikontrol oleh "ego" melalui bimbingan "superego".
Namun apa jadinya apabila tontonan yang sebenarnya diperuntukkan untuk orang dewasa,  juga bisa dinikmati oleh anak kecil. Tontonan ini tidak harus selalu berbau pornografi, tetapi juga yang memperlihatkan kekerasan, dan lain-lain. Coba anda lihat berita hari ini, jika tidak tentang tawuran, pemerkosaan, korupsi, pembunuhan, dan semacamnya, ini merupakan salah satu contoh dari tayangan yang membudayakan kekerasan.
http://id.berita.yahoo.com/bocah-sembilan-tahun-jalani-sidang-pembunuhan-012623177.html memberitakan bahwa bocah 9 tahun jalani sidang pembunuhan. "... D didakwa membunuh AA pada 25 Juli silam dengan menusuk leher temannya menggunakan pisau. Sebelumnya, mereka berkelahi usai memperebutkan sebuah kelapa. Kepada penyidik, Domi menyatakan ide membunuh itu didorong kekerasan yang sering ia tonton di televisi."
Sedangkan tontonan kekerasan yang ditayangkan di televisi tidak berada di waktu-waktu malam atau dini hari. sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa menontonnya.
Dampak buruk dari tayangan tersebut adalah anak belajar, dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, untuk melakukan kekerasan.
Dalam social learning Bandura, bahwa seseorang dapat belajar melalui observasi dari orang lain. Namun dalam teori ini, bukan berarti karena seseorang sudah belajar sesuatu maka akan berdampak pada tingkah lakunya. Tiga model dari observational learning adalah:
  1. model sesungguhnya (live model), seseorang yang ia lihat sedang melakukan sesuatu, seperti peristiwa tawuran antar sekolah.
  2. model verbal (verbal instructional model), seseorang yang mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai tingkah laku tertentu, seperti teman yang bercerita tentang tawuran.
  3. model simbolis (symbolic model), yang melibatkan karakter fiksi atau sesungguhnya sedang melakukan sesuatu melalui media buku, film, televisi, atau media online..
Terdapat 4 proses agar proses modelling berlangsung secara efektif:
  1. Atensi - semakin menarik model, maka perhatian kita akan semakin penuh.
  2. Retensi (pengulangan) - baik secara mental atau tingkah laku, dapat pula sebagai berita yang ditayangkan secara terus-menerus.
  3. Reproduksi - melakukan hal yang dilakukan model
  4. Motivasi - Agar observational learning berhasil, seseorang harus termotivasi untuk meniru tingkah laku yang menjadi model.
Informasi selayaknya dapat dipilih sesuai dengan manfaatnya, apakah lebih banyak positif atau dampak negatif dan untuk siapa informasi tersebut diberikan. Ketika terjadi kebakaran di dalam gedung bioskop, apa yang seharusnya anda lakukan. berteriak memberitahu semua orang untuk segera keluar dari gedung atau menghubungi pihak berwenang agar segera dilakukan evakuasi? atau yang lainnya. Intinya adalah informasi tidak bisa diberikan kepada sembarang/semua orang.
Dari teori Bandura kita dapat mengetahui bahwa ternyata belajar tidak hanya dengan melihat secara langsung dalam bentuk nyata tapi juga dapat diperoleh melalui media, khususnya televisi.
Tidak ada salahnya jika kita menyuguhkan tayangan/informasi yang baik kepada anak-anak kita karena disinilah peluang paling besar untuk mempromosikan nilai-nilai yang baik .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger